![]() |
Adolescent Development and Gender Officer UNICEF, Yosephine Stella. Foto/ong |
Dalam acara kampanye gender kepada para bapak tentang imunisasi di Kabupaten Lombok Timur, Selasa (18/12), Yosephine mengungkapkan bahwa di banyak daerah, keputusan imunisasi sering kali berada di tangan ayah sebagai kepala keluarga, terutama karena pengaruh budaya dan agama yang kuat.
“Berdasarkan data yang kami paparkan, ibu sering kali memiliki keterbatasan dalam mengambil keputusan, terutama yang berkaitan dengan anak,” ujar Yosephine.
Yosephine juga menjelaskan bahwa banyak faktor yang mempengaruhi orang tua dalam memutuskan imunisasi, termasuk pemahaman tentang manfaat imunisasi, waktu pelayanan, biaya, hingga dukungan tenaga kesehatan.
“Kami telah membuat peta perjalanan imunisasi yang menjelaskan alasan mengapa beberapa orang menolak atau ragu untuk imunisasi,” tambahnya.
Selama kampanye dari Sabang sampai Merauke, Yosephine menemukan bahwa salah satu akar permasalahan adalah kurangnya pemahaman masyarakat. Banyak yang masih menganggap imunisasi sama dengan vaksin COVID-19. Padahal, imunisasi mencakup berbagai jenis sesuai kebutuhan usia anak.
“Dibutuhkan komunikasi yang jelas dari tenaga kesehatan agar masyarakat memahami pentingnya imunisasi,” kata Yosephine.
Ia juga menyoroti bahwa memahami dasar-dasar gender sangat penting untuk mengatasi hambatan ini. “Jika kita tidak paham akar permasalahan gender, sulit untuk mencapai tujuan utama kesehatan imunisasi,” tutupnya. (ong)