![]() |
Menteri Dalam Negeri, Prof. Dr. H. Muhammad Tito Karnavian. dok/istimewa |
Mataram, LokalNews.id — Laju pertumbuhan ekonomi Nusa Tenggara Barat (NTB) mulai melemah. Menteri Dalam Negeri, Prof. Dr. H. Muhammad Tito Karnavian, menyoroti penurunan ini sebagai dampak dari ketergantungan berlebihan terhadap sektor tambang, khususnya ekspor mineral yang fluktuatif.
“Kalau terlalu bergantung pada tambang, saat ekspor terganggu, ekonomi daerah ikut terpukul. Ini berisiko,” tegas Tito dalam Musrenbangprov NTB di Mataram, Rabu (4/6).
Penurunan ini mengindikasikan struktur ekonomi NTB yang rapuh. Diversifikasi belum terjadi secara nyata, sementara sektor unggulan lain seperti pertanian, perikanan, dan pariwisata belum dimaksimalkan. Padahal, ketiga sektor ini dinilai lebih stabil dan memberikan dampak langsung terhadap penghasilan masyarakat.
Mendagri juga mengingatkan pentingnya pengendalian inflasi dan harga kebutuhan pokok sebagai upaya menjaga keseimbangan ekonomi rumah tangga. “Harga barang naik, lapangan kerja sempit, ini menyulitkan masyarakat,” ucapnya.
Gubernur NTB, Dr. H. L. Muhammad Iqbal, mengakui bahwa dominasi sektor tambang menjadi tantangan serius. “Kami berupaya memperkecil kontribusi tambang dan mulai mengembangkan sektor lain, terutama pariwisata,” ujarnya.
Namun sejauh ini, strategi diversifikasi belum terlihat signifikan. Pariwisata masih jadi primadona di atas kertas yang belum ditopang infrastruktur dan investasi berkelanjutan.
Pemerintah pusat menekankan pelaksanaan program-program strategis nasional di daerah, namun upaya pemulihan dan penguatan ekonomi NTB tetap menuntut arah kebijakan yang lebih berani dan tidak bergantung pada komoditas tambang semata. (*)