![]() |
Diskusi tematik dan pertemuan koordinasi dengan jurnalis di Aula DP3AKB Lombok Timur. dok/LN |
Selong, LokalNews.id – Yayasan Gemilang Sehat Indonesia (YGSI) bersama Pemerintah Daerah Lombok Timur dan berbagai pemangku kepentingan menggelar diskusi tematik dan pertemuan koordinasi dengan jurnalis di Aula DP3AKB Lombok Timur. Kegiatan ini bertujuan memperkuat kapasitas media dalam memberitakan isu Hak Kesehatan Seksual dan Reproduksi (HKSR) remaja dengan pendekatan yang berpihak pada korban dan berbasis gender.
Sejak 2022, YGSI aktif membangun kesadaran media lokal tentang pentingnya pemberitaan sensitif gender, mendukung kebijakan pro-remaja, serta mendorong keterlibatan jurnalis dalam pelaporan penelitian HKSR. Diskusi ini menjadi bagian dari kelanjutan program Power to Youth (PtY), sekaligus memperkenalkan pendekatan Gender Transformative Approach (GTA) dalam jurnalisme.
“Tujuan kegiatan ini adalah membangun pemahaman tentang pemberitaan yang tidak menyudutkan gender, terutama dalam kasus kekerasan seksual,” kata Haekal dari YGSI.
Ia menyoroti masih banyaknya pemberitaan yang mengejar klik tetapi mengabaikan sensitivitas korban.
Koordinator YGSI, Safrudin, menambahkan, jurnalis perlu memprioritaskan perspektif korban dengan menghindari narasi yang menggiring trauma, tidak mengungkap identitas korban, serta menggali cerita positif yang membangun empati dan kesadaran publik.
Ketua Forum Jurnalis Lombok Timur (FJLT), Rusliadi, menyambut baik inisiatif ini. Ia menekankan bahwa media memiliki peran krusial dalam mengubah cara pandang masyarakat terhadap isu HKSR dan Kekerasan Berbasis Gender dan Seksual (KBGS).
“Media adalah pilar keempat demokrasi. Kita punya kekuatan untuk membentuk opini publik, dan itu harus diarahkan pada narasi yang transformatif dan berpihak pada kemanusiaan,” ujarnya.
Rusliadi juga mendorong agar pelatihan-pelatihan serupa terus digelar, serta perusahaan media turut meningkatkan pemahaman jurnalis terkait kesetaraan gender dan narasi inklusif.
Diskusi ini menjadi langkah awal memperkuat kolaborasi antara jurnalis, pemerintah, dan lembaga masyarakat sipil dalam menciptakan ruang media yang aman, adil, dan berdaya bagi kelompok rentan, khususnya remaja. (*)