![]() |
Kepala Bidang Kesehatan Hewan, Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Lombok Timur, drh. Hultatang. Foto/ong |
LokalNews.id — Wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) kembali merebak di Pulau Jawa. Penyakit Hewan Menular Strategis (PHMS) ini, menjadi atensi nasional.
Kepala Bidang Kesehatan Hewan, Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Lombok Timur, drh. Hultatang, mengungkapkan bahwa pemerintah pusat telah menghimbau seluruh provisi dan kabupaten/kota, untuk kewaspadaan dini terhadap penyakit PHMS seperti PMK.
"Melihat situasi di wilayah kita masih bersifat belum signifikan munculnya. Bila dibandingkan dengan daerah Jawa Timur, sekarang ini sedang mewabah PMK,"kata Hultatang, Rabu (8/1/25).
Saat ini, pihaknya mendeteksi spot-spot indikasi wabah PMK di beberapa kecamatan yaitu Selong, Suela, Pringgasela, dan Sakra. Terkait dugaan tersebut, telah dilaporkan kepada pihak Provinsi NTB dan diteruskan ke pusat.
"Rata-rata tiga kasus ditemukan. Karena ini indikasi, perlu dilakukan uji lab untuk memastikan itu wabah PMK atau bukan,"katanya.
Menurut Hultatang, dengan mewabahnya PMK di Pulau Jawa akan berdampak penularan bagi daerah lain. Namun, tidak terlalu signifikan bagi Provinsi NTB khususnya wilayah Lombok Timur.
"Meski demikian, kita tidak melalaikannya. Pemerintah pusat meminta kita mengambil tindakan dalam pencegahan penularan PMK ini,"katanya.
Hultatang menjelaskan, ternak yang rentan terhadap PMK ini adalah ternak baru lahir belum mendapat imunitas.
Kepala Bidang Kesehatan Hewan, Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Lombok Timur, drh. Hultatang, mengungkapkan bahwa pemerintah pusat telah menghimbau seluruh provisi dan kabupaten/kota, untuk kewaspadaan dini terhadap penyakit PHMS seperti PMK.
"Melihat situasi di wilayah kita masih bersifat belum signifikan munculnya. Bila dibandingkan dengan daerah Jawa Timur, sekarang ini sedang mewabah PMK,"kata Hultatang, Rabu (8/1/25).
Saat ini, pihaknya mendeteksi spot-spot indikasi wabah PMK di beberapa kecamatan yaitu Selong, Suela, Pringgasela, dan Sakra. Terkait dugaan tersebut, telah dilaporkan kepada pihak Provinsi NTB dan diteruskan ke pusat.
"Rata-rata tiga kasus ditemukan. Karena ini indikasi, perlu dilakukan uji lab untuk memastikan itu wabah PMK atau bukan,"katanya.
Menurut Hultatang, dengan mewabahnya PMK di Pulau Jawa akan berdampak penularan bagi daerah lain. Namun, tidak terlalu signifikan bagi Provinsi NTB khususnya wilayah Lombok Timur.
"Meski demikian, kita tidak melalaikannya. Pemerintah pusat meminta kita mengambil tindakan dalam pencegahan penularan PMK ini,"katanya.
Hultatang menjelaskan, ternak yang rentan terhadap PMK ini adalah ternak baru lahir belum mendapat imunitas.
Selain itu, pergerakan ternak dari satu kabupaten ke kebupaten lainnya seperti, Pulau Sumbawa ke Lombok. Mengingat Lombok Timur memiliki pasar hewan yang besar dan strategis.
"Termasuk juga cuaca saat ini, rentan terhadap penyakit PMK,"ujarnya.
Lebih lanjut, pencegahan PMK ini dibutuhkan kesadaran dari peternak. Mereka diharapkan untuk melapor ke petugas, ketika ternak miliknya keadaan sakit. Termasuk juga ternak yang baru lahir, belum mendapat vaksinasi.
"Kita berharap peternak kita harus segera melapor, jangan lalai. Peternak ini kadang lalai setelah tidak ada kasus,"ujar Hultatang. (*)
"Termasuk juga cuaca saat ini, rentan terhadap penyakit PMK,"ujarnya.
Lebih lanjut, pencegahan PMK ini dibutuhkan kesadaran dari peternak. Mereka diharapkan untuk melapor ke petugas, ketika ternak miliknya keadaan sakit. Termasuk juga ternak yang baru lahir, belum mendapat vaksinasi.
"Kita berharap peternak kita harus segera melapor, jangan lalai. Peternak ini kadang lalai setelah tidak ada kasus,"ujar Hultatang. (*)